Rabu, 11 Januari 2012

Teriakan di pantai

Akhir tahun saya menghabiskan liburan di Pantai Sawarna, Bayah, Banten. Desember adalah bulan hujan, yang bisa turun setiap saat. Kalau pun hujan nggak turun, mentari akan libur bekerja, sembunyi di balik awan hitam.

Salah satu keinginan saya pergi berlibur selain menikmati pantai, adalah berburu matahari terbit atau terbenam. Karena saya belum pernah sekalipun berhasil memotret matahari di laut.

Jadilah, Jumat selepas subuh saya bersama teman2 bersemangat mengunjungi pantai berburu matahari terbit. Tapi apa daya, di tengah perjalanan kami diguyur hujan deras. Ajib! Sabar menunggu, setelah hujan reda, kami berjalan menyusuri pantai. Matahari akhirnya terbit jam 7an. Sudah berpendar luas sinarnya.

Sore, kembali menyusuri pantai, berharap matahari senja menampakkan dirinya. Tapi apa daya, hujan lebih giat unjuk diri. Gagal lagi!

Sabtu pagi, hujan deras. Matahari libur lagi dong. Sabtu sore menjelang pergantian tahun 2011, saya bersama teman2 menghabiskan waktu di pantai. Bermain pasir, bergaya (baca: narsis). Matahari belum nongol juga. Sore itu pantai mulai ramai oleh pengunjung yang akan merayakan malam pergantian tahun.

Saya duduk menghadap pantai. Memandang langit. Mendung. Tapi di atas mendung, ada bias matahari yang berusaha unjuk diri. Kesal selama 3 hari di pantai ga ketemu matahari, kontan saya berteriak, :Tuhan Yang Maha Pengasih Maha Penyayang, berilah aku cahaya matahari!"

Saya terduduk di pasir. Tiba-tiba.... Langit berwarna terang. Awan tersibak perlahan. Matahari muncul! Matahari senja! Bersinar! Saya berteriak gembira. Subhanallah. Indahnya. Semua orang di pantai langsung memotret matahari di akhir 2011. Dia seperti memberikan cahaya harapan, bahwa di balik mendung, ada sinar.

Tapi, matahari hanya sebentar bersinar. Awan mendung langsung menutupinya. Seperti layar pertunjukan yang diturunkan.

Saya masih mengagumi cahayanya. Dan tersadar akan teriakan saya tadi. Terhenyak. Harapan saya langsung dikabulkan! Terdiam. Terkejut! Kenapa tadi nggak sekalian teriak, "Tuhan Yang Maha Pengasih Penyayang, berilah aku jodoh!" hmmmm telat mikir tadi...  Coba kalau tadi teriak begitu, siapa tahu saya langsung dikirim.. hehehehe.. Teriak lagi? Nggak ah, malu... hahahahaha.. Dalam hati saja  ya Tuhan, karena Engkau Maha Mendengar Maha Melihat.. :)

PS. Tuhan, terima kasih untuk sepotong senja yang indah..


8 komentar:

  1. Pertama kali lihat matahri terbenam itu di pantai pangumbahan, ujung genteng. Setelah melepas tukik/anak penyu ke laut lepas, kita duduk di pasirnya yang putih dan empuk, menikmati suasana pantai yang sepi..perlahan2 melihat matahari tenggelam..pantai yang tadinya terang benderang perlahan -lahan mulai genap. Indaaaah banget. Allah SWT memang pelukis yang agung yaaa

    BalasHapus
  2. pengen ke ujung genteng. tapi kalo lagi musim hujan begini, rada susah berburu matahari ya. tapi, setiap matahari terbit atau terbenam, semua akan melakukan hal yang sama, berteriak girang kemudian terdiam menikmati keindahannya. asyik ya San..

    BalasHapus
  3. nyari burung buuu... heuheuheu.. nuhun

    BalasHapus
  4. aku blm pernah liat matahari terbenam sebgs di foto ini.
    tp kalau liat matahari terbit yg bgs itu di pantai kuta bali, 2008. abis hjn eh..gak lama mataharinya muncul. berikut dengan pelanginya. ^^
    setelah itu.. aku gak pernah pergi ke pantai2 lg. pantai di ancol gak terlalu bgs buat memadang matahari. kesannya udah hilang sama gedung2 tinggi

    BalasHapus
  5. hi cippy, trims.
    wah, kamu beruntung bisa lihat matahari terbit bonus pelangi!
    setiap ke pantai, entah kenapa selalu saja mendung, atau hujan, sepertinya ada awan mendung di atas kepala saya. padahal saya pergi bukan saatnya musim hujan.
    klo di jakarta mah, lihat matahari terbenam di antara pencakar langit. tapi kita udah kesal sama kemacetan, jadi ga peduli sama matahari terbenam :)

    BalasHapus